Thursday 18 April 2019

Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Tanda dan Gejala, Patofisiologi, dan Faktor Resiko


Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Seseorang dapat didiagnosa menderita DM apabila kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dan gula darah puasa ≥ 126 mg/dl. (PERKENI, 2015)
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2008).

2. Klasifikasi
a. Diabetes Mellitus tipe 1
Diabetes Mellitus tipe 1 sering disebut kekurangan insulin absolut disebabkan oleh kerusakan sel beta pancreas sehingga penderita Diabetes Mellitus tipe 1 akan ketergantungan insulin. Beberapa faktor resiko dalam Diabetes Mellitus tipe ini adalah genetik/ keturunan, autoimun, infeksi virus,  oleh karena itu biasanya pada usia anak-anak atau remaja sudah terdeteksi mengalami diabetes. Pada umumnya penyakit berkembang kearah ketoasidosis diabetik yang menyebabkan kematian. Pada Diabetes Mellitus tipe ini biasanya terjadi sebelum umur 30 tahun dan harus mendapatkan insulin dari luar.


b.      Diabetes Mellitus tipe 2
Pada tipe ini pankreas relatif menghasilkan insulin tetapi insulin yang bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin akibat kegemukan. Hasil akhirnya adalah gula dalam darah akan menjadi tinggi. Diabetes Mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada orang dengan berat badan berlebih dan pola hidup pasif. Itu sebabnya, DM tipe 2 biasa ditemukan pada orang-orang dewasa.
c.       Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus gestasional merupakan penyakit Diabetes Mellitus yang muncul pada saat mengalami kehamilan padahal sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal. Tipe ini akan normal kembali setelah melahirkan. Faktor resiko pada DM Gestasional adalah wanita yang hamil dengan umur lebih dari 25 tahun disertai dengan riwayat keluarga dengan Diabetes Mellitus, infeksi yang berulang, melahirkan dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg.
d.      Diabetes Mellitus tipe lain
Diabetes Mellitus tipe lain ini disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek genetik fungsi insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan Diabetes Mellitus. Beberapa hormon seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin bersifat antagonis atau melawan kerja insulin. Kelebihan hormone tersebut dapat mengakibatkan Diabetes Mellitus tipe ini.

3. Tanda dan gejala
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit Diabetes Mellitus, (PERKENI, 2015) diantaranya :
a.       Timbul rasa haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadarglukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan.
b.      Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa.
c.       Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi.

d.      Berat Badan turun
Kebanyakan penderita DM memang memiliki tubuh gemuk. Tetapi DM juga bisa menyebabkan penurunan berat badan secara mendadak. Bahkan, banyak pasien yang didiagnosis DM pertama kali, karena mengalami penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Penderita DM merasa makan seperti biasa bahkan makan cenderung berlebihan tetapi badan justru bertambah kurus. Penurunan berat badan pada penderita DM disebabkan karena gula darah menumpuk karena kerja insulin terganggu dan kemudian dikeluarkan melalui urine sehingga gula darah  tidak dapat masuk ke sel.
e.       Penyakit kronis
1) Retinopati diabetika
Kecurigaan akan diagnosis DM terkadang berawal dan gejala berkurangnya ketajaman penglihatan atau gangguan lain pada mata yang dapat mengarah pada kebutaan. Retinopati diabetes dibagi dalam 2 kelompok, yaitu Retinopati non proliferatif dan Proliferatif. Retinopati non proliferatif merupkan stadium awal dengan ditandai adanya mikroaneurisma, sedangkan retinoproliferatif, ditandai dengan adanya pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksia retina. Pada stadium awal retinopati dapat diperbaiki dengan kontrol gula darah yang baik, sedangkan pada kelainan sudah lanjut hampir tidak dapat diperbaiki hanya dengan kontrol gula darah, malahan akan menjadi lebih buruk apabila dilakukan penurunan kadar gula darah yang terlalu singkat.
2) Nefropati diabetika
DM tipe 2 merupakan penyebab nefropati paling banyak yaitu sebagai penyebab terjadinya gagal ginjal terminal. Kerusakan ginjal yang spesifik pada DM mengaikibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul besar seperti protein dapat lolos ke dalam kemih (mis. Albuminuria). Akibat nefropati diabetika dapat timbul kegagalan ginjal yang progresif. Nefropati diabetic ditandai dengan adanya proteinuri persisten ( > 0.5 gr/24 jam), terdapat retino pati dan hipertensi. Dengan demikian upaya preventif pada nefropati adalah kontrol metabolisme dan kontrol tekanan darah.
3) Neuropati
Umumnya berupa polineuropati diabetika, kompikasi yang sering terjadi pada penderita DM, lebih 50 % diderita oleh penderita DM. Manifestasi klinis dapat berupa gangguan sensoris, motorik, dan otonom. Proses kejadian neuropati biasanya progresif di mana terjadi degenerasi serabut-serabut saraf dengan gejala-gejala nyeri, yang terserang biasanya adalah serabut saraf tungkai atau lengan. Neuropati disebabkan adanya kerusakan dan disfungsi pada struktur syaraf akibat adanya peningkatan jalur polyol, penurunan pembentukan myoinositol, penurunan Na/K ATP ase, sehingga menimbulkan kerusakan struktur syaraf, demyelinisasi segmental, atau atrofi axonal.

4. Patofisiologi
Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone insulin yang sangt berperan dalam mengatur kadar glukosa darah. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila isulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 1. (Subekti, 2009)
Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe 1, bedanya adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism energy. (Subekti, 2009)

5. Faktor resiko
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1). Usia
Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena DM tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah baya, paling sering setelah usia 45 tahun (AHA, 2012). Meningkatnya risiko Diabetes Mellitus seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan fungsi fisiologis tubuh.
2) Riwayat keluarga dengan Diabetes Mellitus
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab Diabetes Mellitus orang tua. Biasanya, seseorang yang menderita Diabetes Mellitus mempunyai anggota keluarga yang juga terkena penyakit tersebut (Ehsa, 2010). Seseorang yang memiliki silsilah keturunan diabetes akan berisiko tiga kali lipat mengalami diabetes bila dibandingkan mereka yang tak memiliki genetik diabetes.
3) Jenis Kelamin
Wanita lebih beresiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma bulanan (premenstrualsyndrome), pasca-menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita beresiko menderita diabetes melitus tipe 2 (Irawan, 2010). Proposi DM lebih tinggi pada wanita sebesar 53,2% dibandingkan laki-laki sebesar 46,8% (Banner, dkk., 2009).
b. Faktor yang dapat diubah
1) Hiegene dan Sanitasi
Hiegene dan Sanitasi merupakan hal yang tidak boleh disepelekan. Jika hal tersebut disepelekan maka bakteri akan mudah untuk masuk. Masuknya bakteri atau virus kedalam pankreas akan berakibat rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pankreas. Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri tertentu, merangsang produksi hormon tertentu yang secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah (Tandra, 2008).
2) Pola Makan
Pola makan atau diet merupakan determinan penting yang menentukan obesitas dan resistensi insulin. Konsumsi makanan tinggi energi dan tinggi lemak, selain aktivitas fisik rendah, akan mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya energi sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang berlebihan akan meningkatkan resistensi insulin sekalipun belumterjadi kenaikanberat badanyang signifikan. Diet tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan DM tipe 2. Diet kaya akan energi dan rendah serat akan meningkatkan kenaikan berat badan dan resistensi insulin. Efek karbohidrat pada kadar gula darah sangatlah kompleks. Sumber-sumber gula yang dimurnikan (refined sugar) akan diserap lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat yang berasal dari pati atau makanan berserat seperti sereal atau buah atau dari jenis karbohidrat kompleks.
3) Obesitas
Gemuk atau obesitas akan menyebabkan resistensi insulin sehingga insulin tidak dapat bekerja dengan baik dan kadar gila darah bisa naik. Gemuk juga dapat mempermudah munculnya hipertensi dan lemak darah tinggi. Hal ini dapat memicu gangguan ginjal, sakit jantung, dan stroke. Orang gemuk yang menderita diabetes lebih mudah terkena komplikasi (Tandra, 2008). Hampir 80% orang diabetes mellitus pada usia lanjut biasanya kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan meningkatkan kebutuhan tubuh akan insulin. Orang dewasa yang kegemukan memiliki sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuh mereka. Diyakini bahwa sel-sel lemak yang lebih besar tidak merespon insulin dengan baik
4) Aktivitas
Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes,2010).
5) Olahraga
Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Dalam olahraga tidak hanya melibatkan sistem muskuloskeletal semata, namun juga mengikutsertakan sistem lain seperti sistem kardiovaskular, sistem respirasi, sistem ekskresi, sistem saraf dan masih banyak lagi. Olahraga mempunyai arti penting dalam memelihara kesehatan dan menyembuhan tubuh yang tidak sehat (Mutohir & Maksum, 2007).
Olahraga berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah. Olahraga juga dapat secara efektif mengontrol Diabetes Melitus, antara lain dengan melakukan senam khusus Diabetes Melitus Tipe II, berjalan kaki, bersepeda, dan berenang. Diet yang dipadu dengan olahraga merupakan cara efektif mengurangi berat badan, menurunkan kadar gula darah, dan mengurangi stres (Soegondo, 2009).
6) Stress
Stress dapat meningkatkan kandungan glukosa darah kerena stress menstimulus organ endokrin utuk mengeluarkan ephinefrin, yang mempunyai efek sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya proses glikoneogenesi di dalam hati sehingga akan melepaskan sejumlah besar glukosa di dalam darah dalam beberapa menit (Guyton & Hall, 2007). Orang yang mengalami stres memiliki risiko 1,67 kali untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami stres (Andi dkk,2007).
7) Akibat menderita penyakit lain
a)      Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin.
b)      Penderita sindrom metabolik yang memiliki riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) sebelumnya.
c)      Penderita yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke, Penyakit Jantung Koroner, atau Peripheral Arterial Diseases (PAD).

Daftar Pustaka:
PERKENI. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia. PB PERKENI
Subekti, Imam. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu edisi kedua. Jakarta
Tandra, H. 2008. Segala Sesuatu Yang Anda Harus Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Triyanti, dkk. 2008. Renal Function Decrement pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta
WHO. 2011. Diabetes Mellitus diakses dari www.who.int/topics/diabetes-mellitus/en/
Kementerian Kesehatan RI. 2014. INFO DATIN: Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/
infodatin/infodatin-diabetes.pdf



No comments:

Post a Comment