Diabetes Mellitus (DM) merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Seseorang dapat didiagnosa menderita DM apabila kadar gula darah sewaktu ≥ 200
mg/dl dan gula darah puasa ≥ 126 mg/dl. (PERKENI,
2015)
Menurut WHO, Diabetes
Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan
oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas
atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(Depkes, 2008).
2. Klasifikasi
a.
Diabetes Mellitus tipe 1
Diabetes Mellitus tipe 1 sering
disebut kekurangan insulin absolut disebabkan oleh kerusakan sel beta pancreas
sehingga penderita Diabetes Mellitus tipe 1 akan ketergantungan insulin.
Beberapa faktor resiko dalam Diabetes Mellitus tipe ini adalah genetik/
keturunan, autoimun, infeksi virus, oleh
karena itu biasanya pada usia anak-anak atau remaja sudah terdeteksi mengalami
diabetes. Pada umumnya penyakit berkembang kearah ketoasidosis diabetik yang
menyebabkan kematian. Pada Diabetes Mellitus tipe ini biasanya terjadi sebelum
umur 30 tahun dan harus mendapatkan insulin dari luar.
b. Diabetes Mellitus tipe 2
Pada tipe ini pankreas relatif
menghasilkan insulin tetapi insulin yang bekerja kurang sempurna karena adanya
resistensi insulin akibat kegemukan. Hasil akhirnya adalah gula dalam darah
akan menjadi tinggi. Diabetes Mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada orang
dengan berat badan berlebih dan pola hidup pasif. Itu sebabnya, DM tipe 2 biasa
ditemukan pada orang-orang dewasa.
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus gestasional
merupakan penyakit Diabetes Mellitus yang muncul pada saat mengalami kehamilan
padahal sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal. Tipe ini akan normal
kembali setelah melahirkan. Faktor resiko pada DM Gestasional adalah wanita
yang hamil dengan umur lebih dari 25 tahun disertai dengan riwayat keluarga
dengan Diabetes Mellitus, infeksi yang berulang, melahirkan
dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg.
d. Diabetes Mellitus tipe lain
Diabetes Mellitus tipe lain ini
disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek genetik fungsi insulin,
penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi
dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan Diabetes Mellitus. Beberapa hormon seperti hormon
pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin bersifat antagonis atau melawan
kerja insulin. Kelebihan hormone tersebut dapat mengakibatkan Diabetes Mellitus tipe ini.
3. Tanda
dan gejala
Beberapa gejala umum yang dapat
ditimbulkan oleh penyakit Diabetes Mellitus, (PERKENI,
2015) diantaranya :
a. Timbul rasa haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadarglukosa
terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan.
b. Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan
kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk
mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran
urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan
mengandung glukosa.
c. Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar
dan lemas, hal tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis
sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi.
d. Berat Badan turun
Kebanyakan penderita DM memang memiliki tubuh gemuk.
Tetapi DM juga bisa menyebabkan penurunan berat badan secara mendadak. Bahkan,
banyak pasien yang didiagnosis DM pertama kali, karena mengalami penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Penderita DM merasa
makan seperti biasa bahkan makan cenderung berlebihan tetapi badan justru
bertambah kurus. Penurunan berat badan pada penderita DM disebabkan karena gula
darah menumpuk karena kerja insulin terganggu dan kemudian dikeluarkan melalui
urine sehingga gula darah tidak dapat masuk ke sel.
e.
Penyakit
kronis
1) Retinopati
diabetika
Kecurigaan akan diagnosis DM terkadang berawal dan gejala
berkurangnya ketajaman penglihatan atau gangguan lain pada mata yang dapat
mengarah pada kebutaan. Retinopati diabetes dibagi dalam 2 kelompok, yaitu
Retinopati non proliferatif dan Proliferatif. Retinopati non proliferatif
merupkan stadium awal dengan ditandai adanya mikroaneurisma, sedangkan
retinoproliferatif, ditandai dengan adanya pertumbuhan pembuluh darah kapiler,
jaringan ikat dan adanya hipoksia retina. Pada stadium awal retinopati dapat diperbaiki
dengan kontrol gula darah yang baik, sedangkan pada kelainan sudah lanjut
hampir tidak dapat diperbaiki hanya dengan kontrol gula darah, malahan akan
menjadi lebih buruk apabila dilakukan penurunan kadar gula darah yang terlalu
singkat.
2) Nefropati diabetika
DM tipe 2 merupakan penyebab nefropati paling banyak yaitu
sebagai penyebab terjadinya gagal ginjal terminal. Kerusakan ginjal yang
spesifik pada DM mengaikibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga
molekul-molekul besar seperti protein dapat lolos ke dalam kemih (mis.
Albuminuria). Akibat nefropati diabetika dapat timbul kegagalan ginjal yang
progresif. Nefropati diabetic ditandai dengan adanya proteinuri persisten (
> 0.5 gr/24 jam), terdapat retino pati dan hipertensi. Dengan demikian upaya
preventif pada nefropati adalah kontrol metabolisme dan kontrol tekanan darah.
3) Neuropati
Umumnya berupa polineuropati diabetika, kompikasi yang
sering terjadi pada penderita DM, lebih 50 % diderita oleh penderita DM.
Manifestasi klinis dapat berupa gangguan sensoris, motorik, dan otonom. Proses
kejadian neuropati biasanya progresif di mana terjadi degenerasi
serabut-serabut saraf dengan gejala-gejala nyeri, yang terserang biasanya
adalah serabut saraf tungkai atau lengan. Neuropati disebabkan adanya kerusakan
dan disfungsi pada struktur syaraf akibat adanya peningkatan jalur polyol,
penurunan pembentukan myoinositol, penurunan Na/K ATP ase, sehingga menimbulkan
kerusakan struktur syaraf, demyelinisasi segmental, atau atrofi axonal.
4. Patofisiologi
Pancreas
yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang
terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk
seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi
sel beta yang mengeluarkan hormone insulin yang sangt berperan dalam mengatur
kadar glukosa darah. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan
sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel,
untuk kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga.
Bila isulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan
akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada
diabetes mellitus tipe 1. (Subekti, 2009)
Pada keadaan
diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih banyak,
tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Reseptor
insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel.
Pada keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun anak
kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang,
maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian
keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe 1, bedanya adalah pada DM tipe 2
disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM
tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya
kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping
penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di
dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism energy.
(Subekti, 2009)
5. Faktor resiko
a. Faktor
risiko yang tidak dapat diubah
1). Usia
Semakin bertambahnya usia maka
semakin tinggi risiko terkena DM tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa
setengah baya, paling sering setelah usia 45 tahun (AHA, 2012). Meningkatnya risiko Diabetes Mellitus seiring dengan
bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan fungsi fisiologis
tubuh.
2) Riwayat keluarga dengan Diabetes Mellitus
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab Diabetes Mellitus orang tua. Biasanya, seseorang yang
menderita Diabetes Mellitus mempunyai anggota
keluarga yang juga terkena penyakit tersebut (Ehsa,
2010). Seseorang yang memiliki silsilah
keturunan diabetes akan berisiko tiga kali lipat mengalami diabetes bila
dibandingkan mereka yang tak memiliki genetik diabetes.
3) Jenis
Kelamin
Wanita
lebih beresiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang
peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma bulanan
(premenstrualsyndrome), pasca-menopause yang membuat distribusi lemak tubuh
menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita
beresiko menderita diabetes melitus tipe 2 (Irawan, 2010). Proposi DM lebih
tinggi pada wanita sebesar 53,2% dibandingkan laki-laki sebesar 46,8% (Banner,
dkk., 2009).
b. Faktor yang dapat
diubah
1) Hiegene
dan Sanitasi
Hiegene dan Sanitasi merupakan hal yang
tidak boleh disepelekan. Jika hal tersebut disepelekan maka bakteri akan mudah
untuk masuk. Masuknya bakteri atau virus kedalam pankreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi
pankreas. Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri
tertentu, merangsang produksi hormon tertentu yang secara tidak langsung
berpengaruh pada kadar gula darah (Tandra, 2008).
2) Pola
Makan
Pola makan atau diet merupakan
determinan penting yang menentukan obesitas dan resistensi insulin. Konsumsi
makanan tinggi energi dan tinggi lemak, selain aktivitas fisik rendah, akan
mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya energi sebagai lemak simpanan
yang jarang digunakan. Asupan energi yang berlebihan akan meningkatkan
resistensi insulin sekalipun belumterjadi kenaikanberat badanyang signifikan.
Diet tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan DM
tipe 2. Diet kaya akan energi dan rendah serat akan meningkatkan kenaikan berat
badan dan resistensi insulin. Efek karbohidrat pada kadar gula darah sangatlah
kompleks. Sumber-sumber gula yang dimurnikan (refined sugar) akan diserap lebih
cepat dibandingkan dengan karbohidrat yang berasal dari pati atau makanan
berserat seperti sereal atau buah atau dari jenis karbohidrat kompleks.
3) Obesitas
Gemuk
atau obesitas akan menyebabkan resistensi insulin sehingga insulin tidak dapat
bekerja dengan baik dan kadar gila darah bisa naik. Gemuk juga dapat
mempermudah munculnya hipertensi dan lemak darah tinggi. Hal ini dapat memicu
gangguan ginjal, sakit jantung, dan stroke. Orang gemuk yang menderita diabetes
lebih mudah terkena komplikasi (Tandra, 2008). Hampir 80% orang diabetes
mellitus pada usia lanjut biasanya kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan
meningkatkan kebutuhan tubuh akan insulin. Orang dewasa yang kegemukan memiliki
sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuh mereka. Diyakini bahwa sel-sel lemak
yang lebih besar tidak merespon insulin dengan baik
4) Aktivitas
Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah
menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa
menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes,2010).
5) Olahraga
Olahraga
adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani.
Dalam olahraga tidak hanya melibatkan sistem muskuloskeletal semata, namun juga
mengikutsertakan sistem lain seperti sistem kardiovaskular, sistem respirasi,
sistem ekskresi, sistem saraf dan masih banyak lagi. Olahraga mempunyai arti
penting dalam memelihara kesehatan dan menyembuhan tubuh yang tidak sehat
(Mutohir & Maksum, 2007).
Olahraga berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah. Olahraga juga dapat secara
efektif mengontrol Diabetes
Melitus, antara lain dengan melakukan senam khusus Diabetes
Melitus Tipe II, berjalan kaki, bersepeda, dan berenang. Diet yang dipadu
dengan olahraga
merupakan cara efektif mengurangi berat badan,
menurunkan kadar gula darah, dan mengurangi stres
(Soegondo, 2009).
6)
Stress
Stress dapat meningkatkan kandungan
glukosa darah kerena stress menstimulus organ endokrin utuk mengeluarkan ephinefrin, yang mempunyai efek sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya proses glikoneogenesi di dalam hati sehingga akan melepaskan sejumlah besar
glukosa di dalam darah
dalam beberapa
menit (Guyton & Hall, 2007). Orang yang mengalami stres memiliki risiko
1,67 kali untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami stres (Andi dkk,2007).
7) Akibat
menderita penyakit lain
a) Penderita Polycystic Ovary Syndrome
(PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin.
b) Penderita sindrom metabolik yang
memiliki riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT) sebelumnya.
c) Penderita yang memiliki riwayat
penyakit kardiovaskular, seperti stroke, Penyakit Jantung Koroner, atau Peripheral
Arterial Diseases (PAD).
Daftar
Pustaka:
PERKENI. 2015.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia.
PB PERKENI
Subekti, Imam. 2009. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu edisi kedua. Jakarta
Tandra, H. 2008. Segala Sesuatu Yang Anda Harus Ketahui
Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Triyanti, dkk. 2008. Renal
Function Decrement pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo. Jakarta
WHO. 2011. Diabetes Mellitus diakses dari www.who.int/topics/diabetes-mellitus/en/
Kementerian Kesehatan RI. 2014. INFO DATIN: Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta diakses dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/
infodatin/infodatin-diabetes.pdf
No comments:
Post a Comment